kabarkutim.com.com, Jakarta Anak-anak berisiko tinggi mengalami cedera. Pada usia aktif, mereka sering terjatuh saat berlari atau bersepeda, tertusuk benda tajam, atau mudah terbakar saat menikmati kembang api.
Mengingat hal tersebut, Ulul Albab, dokter sekaligus Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Persatuan Dokter Indonesia (PB IDI), mengatakan edukasi mengenai pengobatan luka sejak dini merupakan hal yang penting.
“Peran guru dan orang tua dalam edukasi perawatan luka pada dasarnya sangat penting. Bisa dimulai dengan mengenali luka yang bisa diobati sendiri, seperti luka gores, sayatan, dan luka bakar ringan,” kata Ulul Albab di Jakarta, Kamis, 11 Juli. 2024. “Melanjutkan proses penyembuhan lukanya,” ujarnya.
Berikut tiga langkah cara mengobati luka ringan yang dapat diajarkan kepada anak sejak dini: Membersihkan luka
Membersihkan luka merupakan langkah penting untuk proses penyembuhan luka yang optimal. Membersihkan luka dari kotoran dan bakteri dapat mencegah infeksi luka. melindungi luka
Perlindungan luka merupakan fase melindungi luka dari kotoran dan bakteri serta mencegah infeksi. Saat melindungi luka, anak dapat menggunakan koyo sesuai kebutuhan dan ukuran luka.
Coba gunakan tambalan dengan bantalan luka yang tidak berperekat sehingga tambalan dapat dilepas dengan mudah dan tanpa rasa sakit.
Langkah ketiga adalah penyembuhan luka. Anak-anak dapat dilatih untuk menyembuhkan luka dengan aman dan cepat serta mengurangi risiko timbulnya jaringan parut.
Salah satu cara penyembuhan luka adalah dengan mengoleskan salep pada luka secara rutin hingga luka benar-benar sembuh.
Salep luka dapat membantu luka ringan sembuh lebih cepat dan mengurangi risiko timbulnya jaringan parut. Ini membantu menenangkan kulit yang rusak dan teriritasi serta melindungi dan menenangkan kulit yang sangat kering dan pecah-pecah.
“Perawatan luka sebenarnya sederhana dan dapat dilakukan dengan 3 langkah: pembersihan, perlindungan, dan penyembuhan. Artinya, jika ada luka, ingatlah selalu untuk membersihkannya dengan cairan antiseptik agar tidak terjadi infeksi, jelas Ulul.
“Kemudian lindungi lukanya dengan plester dan terakhir jika ingin penyembuhan lebih cepat bisa menggunakan salep bawang merah,” imbuhnya.
Data Riskesnas tahun 2021 menunjukkan kerentanan anak terhadap luka dan luka. Data menunjukkan bahwa 3,1 persen anak-anak berusia 5 hingga 14 tahun mengalami cedera, dengan angka tertinggi terjadi pada anak laki-laki.
Yosephine Caroline, Senior Brand Manager PT Beiersdorf Indonesia Healthcare, mengatakan pada acara yang sama: “Jutaan cedera ringan terjadi setiap tahun, dan cara terbaik untuk melindungi dari kemungkinan infeksi luka adalah dengan memberikan pertolongan pertama yang tepat.”
Banyaknya kasus luka ringan menjadi dasar Yosephine meluncurkan program Anak Siaga Intervensi Perawatan Luka yang bekerja sama dengan IDI.
Siaga Perawatan Luka Anak merupakan rangkaian pelatihan pertolongan pertama luka yang dirancang untuk menjangkau 50.000 anak usia sekolah di 250 sekolah dasar di 5 provinsi. Ini merupakan kelanjutan dari program Hansaplast Alert Child (ASH) yang dimulai pada tahun 2015.
Yosephine mengatakan, “Jumlah anak yang mendapat pendidikan pada tahun 2024 akan meningkat lebih dari 10 kali lipat dibandingkan tahun 2015. Hansaplast juga memenuhi banyak misi sosial dengan memberikan pendidikan kepada anak-anak dengan kesadaran luka melalui media sosial.”
Lima provinsi sasaran program ini adalah: DKI Jakarta Jawa Barat Sumatera Utara Jawa Tengah Kalimantan Timur.
Selain IDI, Kemendiknas juga akan memberikan pelatihan kepada sekolah-sekolah terpilih.