Apa yang Terjadi Pada Otak Penderita OCD? Kenali Penyebabnya

apa yang terjadi pada otak penderita ocd kenali penyebabnya 507787e

kabarkutim.com.com, Jakarta () atau gangguan obsesif kompulsif adalah penyakit mental serius dan kronis yang mempengaruhi pemikiran dan perilaku seseorang. Orang dengan OCD mungkin mengalami pikiran dan dorongan yang tidak terkendali dan sulit dikendalikan. Menurut National Institute of Mental Health, penderita OCD memiliki otak yang hiperaktif namun tidak mampu mengendalikan pikiran atau tindakannya.

Apa yang terjadi di otak pengidap OCD tidak hanya memengaruhi perilakunya, tetapi juga memengaruhi kualitas hidup pengidapnya. Seringkali, penderita OCD mengalami kesulitan mengendalikan situasi lain yang berlebihan atau tidak rasional.

OCD berkaitan dengan masalah dalam pemrosesan informasi otak. Apa yang Terjadi pada Banyak orang yang mengira otaknya “terjebak” pada pikiran atau keinginan tertentu, karena sulit mengalihkan perhatiannya pada penderita OCD, dirangkum dari berbagai sumber kabarkutim.com.com, Rabu (4 /24/2024).

Orang dengan OCD mengalami banyak perubahan di otaknya yang memengaruhi perilaku, pembentukan kebiasaan, dan kecemasan. Penelitian terbaru menunjukkan hubungan antara struktur dan fungsi otak pada pasien OCD dan perkembangan gangguan obsesif-kompulsif.

Penelitian terhadap penderita OCD menunjukkan bahwa mereka memiliki lebih sedikit materi abu-abu di area otak tertentu yang mengontrol reaksi dan perilaku. Hal ini menunjukkan bahwa mungkin ada hubungan genetik dengan perkembangan gangguan ini, dan penelitian otak telah menunjukkan risiko genetik dan pewarisan sifat OCD dalam keluarga.

Ada juga perbedaan signifikan antara penderita depresi dan OCD. Pada pasien OCD yang terjadi pada tahap awal, ukuran area tertentu di otak berkurang, tidak seperti pada kasus OCD yang terjadi pada tahap lanjut. Menariknya, terlepas dari perbedaan-perbedaan ini, penderita OCD yang timbul lambat menunjukkan penurunan kognitif yang lebih besar dibandingkan penderita OCD yang timbul sejak dini. Namun, alasan perbedaan ini tidak jelas.

Secara ilmu saraf, orang dengan OCD menunjukkan pola aktivitas otak yang berbeda dibandingkan mereka yang tidak mengalami gangguan tersebut. Terdapat lebih banyak aktivitas di area otak yang terkait dengan pengenalan kesalahan, namun lebih sedikit aktivitas di otak yang dapat menghambat perilaku impulsif atau impulsif. Hal ini menunjukkan ketidakmampuan untuk mengendalikan impuls dan mengenali kesalahan.

Selain itu, faktor perilaku memainkan peran penting dalam perkembangan OCD. Situasi stres mendorong otak untuk mengasosiasikan hal atau situasi tertentu dengan rasa takut, yang kemudian menciptakan perilaku penghindaran dan ritual untuk mengurangi kecemasan.

Perubahan neurokimia di otak, seperti serotonin, dopamin, dan glutamin, berhubungan dengan . Namun, tidak jelas apakah perubahan ini merupakan penyebab langsung gejala OCD.

Oleh karena itu, memahami perubahan otak pada nyeri OCD memberikan wawasan penting dalam penatalaksanaan dan pengobatan gangguan ini dengan lebih baik.

belum sepenuhnya dipahami. Namun, banyak faktor risiko yang ditemukan berhubungan dengan perkembangan penyakit ini, termasuk: 1. Faktor genetik;

Jika ada riwayat penyakit ini pada lingkaran pertama keluarga, seperti orang tua, saudara laki-laki, saudara perempuan atau anak, maka risiko OCD meningkat secara signifikan. Risikonya lebih tinggi jika OCD dimulai pada masa kanak-kanak atau remaja, hal ini menunjukkan kemungkinan penyebab genetik. 2. Struktur dan fungsi otak

Pasien OCD menunjukkan kelainan pada struktur otak, seperti korteks frontal, yang mengontrol pemikiran, perencanaan, dan emosi. Ada juga perbedaan struktur wilayah otak yang terkait dengan gejala OCD. Namun hubungan spesifik antara gangguan otak dan gejala OCD masih dalam penelitian. 3. Lingkungan

Lingkungan masa kecil memainkan peran penting dalam perkembangan OCD. Pengalaman traumatis seperti pelecehan fisik, mental, atau seksual, serta trauma lainnya, meningkatkan risiko seseorang terkena OCD. 4. Kematian

Banyak kasus menunjukkan bahwa OCD mungkin berhubungan dengan penyakit tertentu, seperti infeksi streptokokus pada anak-anak. Penyakit yang disebut Neuropati Autoimun Pediatrik Terkait dengan Infeksi Streptokokus (PANDAS) adalah contoh penyakit yang berhubungan dengan perkembangan OCD pada beberapa orang.

Meskipun faktor-faktor ini telah diidentifikasi, penting untuk diingat bahwa OCD adalah kondisi kompleks dengan faktor genetik, lingkungan, dan faktor biologis lainnya yang berkontribusi terhadap interaksi tersebut. Diperlukan penelitian yang lebih baik mengenai peran masing-masing faktor dalam perkembangan OCD dan bagaimana hal tersebut dapat membantu dalam diagnosis dan pengelolaan penyakit ini.

Gejala OCD merupakan kombinasi perilaku obsesif dan intens yang memengaruhi seluruh aspek kehidupan sehari-hari. Meskipun gejala OCD dapat bervariasi dari orang ke orang, gejala OCD dapat dibagi menjadi dua kategori utama. 1. OCD Gila

Gejala utama OCD adalah pikiran-pikiran yang tidak diinginkan namun sulit dihentikan. Penderita sering kali mengalami kecemasan atau depresi ketika tidak melakukan apa pun untuk mengatasi kecanduannya. Contoh gejala umum yang menularkan seksualitas antara lain: Takut akan kontaminasi: Ketakutan berlebihan terhadap kuman, virus, atau debu, mencuci tangan secara berlebihan. Ketidakpastian ekstrim: Kesulitan menghadapi ketidakpastian, seperti terlalu khawatir jika pintu terkunci atau oven dimatikan. Perilaku Agresif: Memiliki pikiran atau keinginan negatif. Gerakan Simetris: Keinginan untuk menata benda atau benda secara simetris dan sempurna. 2. Perilaku kompulsif pada OCD merupakan respon terhadap kecemasan pada pasien dengan tujuan mengurangi perasaan cemas dan panik. Namun perilaku aktif tersebut seringkali tidak rasional dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Contoh gejala obsesif-kompulsif pada OCD antara lain: Mencuci tangan berulang-ulang: Mencuci tangan karena takut terkontaminasi. Menjaga segala sesuatunya tetap simetris: Pastikan segala sesuatunya simetris dan tepat. Pemeriksaan ulang: Pintu yang tertutup diperiksa keamanannya. Mengulang kata: Mengulangi beberapa kata saat berbicara. Hitung: Hitung sesuatu untuk memastikannya ada dalam suatu pola.

Gejala-gejala tersebut berkisar dari ringan hingga berat, dan penderitanya sering kali tidak merasa bahwa tindakan atau pikirannya berlebihan atau tidak pantas. Perawatan dan biasanya melibatkan penggunaan terapi perilaku kognitif dan obat-obatan tertentu untuk membantu meringankan gejala dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

Perawatan yang paling efektif untuk penderita OCD adalah penggunaan obat-obatan dan obat-obatan tertentu. Berikut ini adalah perawatan yang paling direkomendasikan untuk penderita OCD. 1. Terapi Perilaku Kognitif (CBT)

CBT, khususnya CBT sebagai terapi dan pencegahan respons (ERP), terbukti sangat efektif dalam mengobati OCD. Terapi ini membantu mengidentifikasi, memahami, dan mengubah pola pikir dan perilaku yang mempengaruhi pikiran dan dorongan penderitanya. Dengan mengelola amarahnya dan tidak melakukan perilaku agresif, pasien belajar mengendalikan kecemasannya dan mengurangi responsnya. 2. Obat penghambat reuptake serotonin (SRI).

Obat SRI seperti fluoxetine, sertraline, atau fluvosamine digunakan untuk mengobati OCD untuk mengontrol kadar serotonin di otak. Peningkatan kadar serotonin dapat mengurangi gejala obsesif-kompulsif dan mengurangi kecemasan yang berhubungan dengan OCD. Penggunaan obat-obatan tersebut dapat dikombinasikan dengan terapi CBT untuk hasil terbaik. 3. Perawatan invasif lainnya

Untuk kasus OCD yang lebih parah dan sulit diobati dengan pengobatan dan terapi, pendekatan agresif lainnya dapat dipertimbangkan. Ini termasuk bedah saraf, seperti memutus hubungan antara bagian otak tertentu atau merangsang bagian otak dan saraf. Namun, pilihan ini biasanya hanya digunakan sebagai upaya terakhir ketika pengobatan dan pengobatan lain gagal.

Meskipun ada banyak pengobatan efektif untuk OCD, penting untuk menghindari penggunaan obat-obatan dan alkohol untuk mengatasi gejala OCD. Perilaku ini dapat menyebabkan kecanduan dan perilaku OCD yang lebih buruk serta masalah kesehatan mental.

Saat menangani OCD, penting untuk berkonsultasi dengan ahli kesehatan mental berpengalaman untuk mendapatkan diagnosis akurat dan rencana perawatan yang sesuai dengan kebutuhan individu.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *