Jepang – Kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang menjadi sasaran bom atom pertama yang digunakan dalam perang. Keduanya diserang bom atom AS pada 6 dan 9 Agustus 1945.
Pengeboman tersebut tidak hanya menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki, tetapi juga menewaskan puluhan ribu orang di sana. Momen inilah yang menjadi titik balik menyerahnya Jepang pada Perang Pasifik tahun 1945.
Melihat peristiwa mengerikan tersebut, sebagian orang penasaran melihat Hiroshima dan Nagasaki telah menghilangkan radiasi nuklirnya. Ada yang membandingkannya dengan Chernobyl, yang bahkan tidak berpenghuni.
Bagaimana Hiroshima dan Nagasaki menghilangkan radiasi nuklir setelah menjatuhkan bom atom?
Pertama, perlu dipahami bahwa pemboman Hiroshima dan Nagasaki berbeda dengan peristiwa Chernobyl. Lebih spesifiknya, terdapat perbedaan mendasar antara bom nuklir dan ledakan reaktor nuklir.
Merujuk ilmu IFL, bom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki sebenarnya meledak di atas permukaan tanah. Tujuannya adalah untuk memaksimalkan efek ledakan dan menimbulkan damage langsung dalam ukuran besar.
Namun, pada gilirannya, hal ini juga mengurangi tingkat radiasi yang dihasilkan bom. Situasi ini berbeda dengan peristiwa Chernobyl yang terjadi di permukaan tanah dan melepaskan banyak zat radioaktif ke atmosfer.
Bom Hiroshima dan Nagasaki meledak pada ketinggian 600 meter dan 503 meter di atas permukaan tanah. Sekitar 10 persen bahan nuklir di dalam bom mengalami fisi, sedangkan 90 persen sisanya naik ke stratosfer bersama bom detonasi.
Dalam senjata nuklir, mereka dapat meningkatkan jumlah energi yang dilepaskan dengan mengonsumsi uranium sebanyak mungkin. Reaksi ini tidak memerlukan banyak uranium untuk mencapai ledakan yang signifikan.
Misalnya seorang anak kecil yang bomnya dijatuhkan di Hiroshima. Bom tersebut mengandung 64 kilogram (141 pon) uranium dan kemurniannya (jumlah U-235 yang terkandung) hanya sekitar 80 persen.
Sekali lagi, ini berbeda dengan kejadian Chernobyl. Reaktor nuklir biasanya menggunakan tabung kendali untuk menyerap neutron ekstra sehingga reaksi berantai fisi dapat dipertahankan pada intensitas yang lebih rendah dan lebih lama.
Oleh karena itu, reaktor tersebut akan membutuhkan uranium yang diperkaya dalam jumlah besar sebagai bahan bakarnya. Menariknya, Chernobyl mengandung sekitar 180 ton atau setara dengan 3.600 kg uranium-235, setara dengan bom Hiroshima.