JAKARTA – Peneliti perempuan memang dibutuhkan, namun jumlahnya sedikit. Membantu peneliti perempuan untuk sukses dan mewujudkan tujuannya dapat menginspirasi generasi muda untuk tertarik pada penelitian.
Jumlah dan potensi peneliti perempuan menjadi perhatian, karena pada tahun 2021, UNESCO mencatat 33,3 persen peneliti di seluruh dunia adalah perempuan.
Namun di Indonesia, menurut data Badan Riset dan Inovasi pada tahun 2023, terjadi peningkatan jumlah peneliti perempuan sebesar 45 persen.
“Dukungan lembaga penelitian, pendanaan, dan lingkungan kerja yang baik menjadi kunci keberhasilan penelitian. “Hal ini didasari oleh keyakinan bahwa perempuan mempunyai peran penting dalam terciptanya penelitian yang berkualitas, berpotensi mengubah dunia,” kata Presiden UNESCO Indonesia (KNIU), Harian Kementerian. Bidang Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Dr. Itje Chodidjah, M.A., dalam sambutan resminya.
Mengingat hal ini, L’Oréal-UNESCO for Women in Science juga mendukung pekerjaan para peneliti perempuan Indonesia. Mari kita gulir artikel lengkapnya di bawah ini.
Setidaknya ada empat perempuan yang dinobatkan sebagai L’Oréal-UNESCO For Women in Science 2023 secara nasional, ujar Karlia Meitha, Ph.D. (Institut Teknologi Bandung), Dr. Widiastuti Setyaningsih S.T.P., M.Si (Universitas Gadjah Mada), Dr. Fitri Aulia Permatasari, M.Eng. (Institut Teknologi Bandung), Pietradewi Hartrianti, S.Farm, M.Farm, Ph.D (Indonesia International Institute for Life Sciences).
Keempatnya juga mendapat dana hibah penelitian sebesar Rp 100 juta.
“Kami percaya bahwa dunia membutuhkan ilmu pengetahuan, dan ilmu pengetahuan membutuhkan perempuan. Dalam menyukseskan program For Women in Science di Indonesia, kami sangat berterima kasih atas kerja sama dengan Badan UNESCO Indonesia (KNIU) dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek). “Pasca kerjasama tersebut, dengan adanya kerjasama ini kami berkomitmen untuk terus berupaya mendorong pertumbuhan jumlah dan kekuatan peneliti perempuan, mengembangkan dunia ilmu pengetahuan di Indonesia, serta menjadi katalisator lahirnya berbagai inovasi yang mengarah pada kemajuan. dan bernilai. akan bermanfaat bagi khalayak luas,” kata CEO L’Oréal Indonesia, Junaid Murtaza.
Beberapa temuan dari empat wanita terpilih antara lain:
1. Karlia Meitha, Ph.D. Guru dari Institut Teknologi Bandung
Melalui penelitian ini, Meitha menyelidiki pengembangan pengendalian hayati untuk mengendalikan penyakit pada buah kakao, yang merupakan sumber daya penting bagi petani Indonesia.
Perangkat pengendali gen yang akan dikembangkan didasarkan pada interaksi alami antara penyakit dan tanaman kakao, yaitu komunikasi menggunakan miRNA untuk saling melemahkan.
Dengan menggunakan kombinasi tersebut diharapkan gen yang dihasilkan ramah lingkungan dan spesifik atau netral terhadap organisme yang berguna dalam budidaya kakao.
Inisiatif ini tidak hanya mendukung perekonomian petani, tetapi juga menjaga keseimbangan ekosistem kakao dan melindungi perekonomian Indonesia secara berarti.
2. Dr. Widiastuti Setyaningsih S.T.P., M.Si, Dosen Universitas Gadjah Mada
Berawal dari keprihatinan terhadap memburuknya kondisi mental masyarakat pasca mewabahnya COVID-19, Widiastu menjadikan bunga pisang yang tinggi triptofan sebagai sumber pesan virus tersebut.
Menghilangkan komponen-komponen ini dalam produksi bahan aktif memfasilitasi produksinya dalam berbagai jenis produk makanan untuk melindungi kesehatan mental.
Pemanfaatan bunga pisang juga mendukung inisiatif ekonomi sirkular dengan memanfaatkan limbah untuk menciptakan produk yang bermanfaat. Persetujuan komite etik menegaskan kelayakan dan etika penelitian, menjadikan penelitian ini sebagai solusi efektif untuk menjaga kesehatan mental pasca penyakit.
3. Pietradewi Hartrianti, S.Farm, M.Farm, Ph.D, dosen Lembaga Ilmu Hayati Internasional Indonesia.
Pietra meneliti bio-printing, yaitu teknologi yang mencetak jaringan biologis untuk aplikasi seperti pengujian obat, dengan fokus pada pengembangan metode dan alat pencetakan jaringan untuk mendiagnosis kanker.
Penelitian ini bertujuan untuk membuat model 3D sel kanker menggunakan keratin dari rambut manusia, untuk meningkatkan akurasi pengujian obat dengan mempertimbangkan biaya dan dukungan pengembangan.
Upaya Pietradewi dalam mengembangkan bahan bio-print bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menciptakan obat kanker yang efektif, menawarkan harapan akan solusi yang lebih baik terhadap masalah besar kanker.
4. Dr. Fitri Aulia Permatasari, M.Eng. Guru dari Institut Teknologi Bandung
Pada tahun 2018, Fitri berhasil mengembangkan titik kuantum karbon (carbon dot) yang berpotensi sebagai agen berbasis kanker fototermal.
Selama 10 tahun meneliti khasiat karbon dioksida dan berbagai kegunaannya, Fitri telah melakukan beberapa penelitian dengan mempelajari sintesis kurkumin, senyawa yang terdapat pada kunyit dan berpotensi sebagai agen berbasis fotodinamik kanker.
Selain itu, artikel ini juga berpotensi digunakan sebagai agen yang dapat meningkatkan efisiensi dan akurasi pemberian obat serta membantu menargetkan sel kanker. Penelitian ini merupakan langkah penting dalam pengembangan teknologi pengobatan kanker yang efektif dan diharapkan dapat memberikan manfaat yang signifikan dalam melawan kanker. Pertama di Indonesia, Speed Summit Kenalkan Teknologi Asisten Digital. kabarkutim.co.id 25 Agustus 2024