kabarkutim.com.com, Jakarta – Bek Manchester United Raphael Varane buka-bukaan soal perjuangannya melawan gegar otak yang memaksanya absen beberapa pertandingan musim ini. Meski sepak bola Eropa telah ada selama lebih dari satu dekade, di balik gemerlapnya lapangan sepak bola terdapat sebuah cerita yang jarang diceritakan.
Usai mendapat pukulan telak di kepala saat Piala Dunia 2014, Raphael Varane terang-terangan mengaku terus-menerus membahayakan kesehatannya. Gejala yang dideritanya akhirnya memaksanya melewatkan beberapa pertandingan untuk Manchester United musim ini.
Dalam wawancara dengan L’Equipe, Varane menjelaskan bagaimana serangkaian sundulan dalam pertandingan tersebut membuatnya merasa sangat lelah dan gangguan penglihatan.
“Ketika saya menemui masalah ini, saya melaporkannya kepada staf dan mereka sangat menyarankan saya untuk tidak bermain. Saya menjalani pemeriksaan kesehatan dan hasilnya memaksa saya mundur dari pertandingan,” kata Varane.
Setelah membuktikan dirinya sebagai salah satu bek terbaik dunia, Varane tidak bisa mengabaikan risiko serius yang terkait dengan gegar otak. Pentingnya kesadaran terhadap gegar otak menjadi semakin jelas ketika mempertimbangkan risiko yang dihadapi Varane.
“Ketika Anda tahu bahwa gegar otak yang berulang bisa berakibat fatal, Anda mengatakan pada diri sendiri bahwa keadaan bisa menjadi jauh lebih buruk,” katanya.
“Pertandingan itu tidak berjalan baik bagi saya dan, melihat ke belakang, saya memahami bahwa itu disebabkan oleh keterkejutan yang saya alami,” kata Varane.
Kesadaran akan bahaya gegar otak memaksa Varane mengambil keputusan sulit, meski absen di laga penting. Dalam laga melawan Manchester City pada Juli 2020, kesalahan fatal membuatnya terjatuh akibat gegar otak yang dideritanya seminggu sebelumnya.
Varane bukan satu-satunya pemain sepak bola di dunia yang menderita gegar otak. Kasus seperti ini menyoroti betapa pentingnya melindungi dan merawat pemain dari gegar otak. Ini adalah seruan dari staf medis dan manajemen klub: kesehatan dan kesejahteraan para pemain adalah prioritas.
Pengalaman Varane mengingatkan publik bahwa kesehatan seorang pemain harus diutamakan di atas segalanya. Pemain tidak boleh dipaksa bermain karena gejala atau meremehkan gegar otak agar tetap berada di lapangan.
Diharapkan dengan pemahaman dan kesadaran yang lebih besar terhadap dampak gegar otak, langkah lebih lanjut dapat diambil untuk melindungi pemain dan mengurangi risiko cedera serius dalam sepak bola.