Ditantang Debat Faisal Basri Soal Hilirisasi, Luhut: Ngapain Saya Layani

ditantang debat faisal basri soal hilirisasi luhut ngapain saya layani 02ca49d

kabarkutim.com.com, Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi menjawab tantangan perdebatan hilir yang dilontarkan ekonom senior .

Luhut nampaknya tidak mau menerima tantangan perdebatan yang ada, dengan alasan bahwa Faisal hanya memiliki sedikit keterlibatan dalam pengolahan hilir dan penambangan.

Bacaan Lainnya

Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, hanya dengan mengutus Wakil Direktur Koordinasi Penanaman Modal dan Pertambangan Marves Septian Hario Seto, seluruh ucapan Faisal Basri bisa dibantah.

“Nantang? Iya, dia ngomong sama Seto, cukup. Sobat, dia tidak pernah melihat ranjau darat, kenapa saya harus mendengarkan orang seperti itu,” kata Menteri Koordinator Luhut Binsar Pan, Rabu, kata Luhut Binsar Pandjaitan saat ditemui di kantornya di Jakarta, Rabu. Jakarta.

Faisal al-Basri sebelumnya menyatakan siap membicarakan persoalan banjir bawah tanah dengan Menteri Koordinator Luhut. Sebab, konsep yang diusung Presiden Joko Widodo dinilai sesat.​

Ia kemudian akan mengajak Thomas Trikasih Lembong alias Tom Lembong untuk melawan Luhut dan Septian Hario Seto, Wakil Koordinator Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Kelautan dan Perikanan.

“Konsep ini (hilir) sangat salah dan saya bisa berdebat dengan Luhut, saya terbuka sekali bapak-bapak yang mengaturnya. Saya dan Tom Lombong sama-sama menentang Luhut dan Seto,” ujarnya kepada Indef, Senin, dalam diskusi publik.

Faisal menegaskan Substream adalah proyek yang salah arah. Dia mengatakan masyarakat akan memahami jika perdebatan itu terjadi. “Semuanya akan berakhir, ini menunjukkan betapa salahnya arus bawah ini,” kata Faisal.

Sebelumnya, Menteri Investasi/Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menegaskan, capital underflow yang sudah mulai terjadi tidak boleh berhenti meski ada pergantian kepemimpinan. Jika underflow terhenti, Indonesia terancam gagal menjadi negara maju.

Dari sekian banyak faktor, Balil menegaskan, setidaknya ada dua hal yang menentukan status Indonesia sebagai negara maju. Pertama, keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah (middle income trap). Kedua, mampu memanfaatkan bonus demografi yang akan datang.

Terkait poin pertama, ia meyakini upaya keluar dari jebakan pendapatan menengah dapat meningkatkan kesempatan kerja. Salah satunya dihasilkan melalui ekosistem proses hilir.

“Kita tahu bahwa salah satu syarat agar kita bisa keluar dari jebakan pendapatan menengah adalah penciptaan lapangan kerja berkualitas tinggi. Alat itu adalah melalui investasi limpahan,” kata Bahlil Lahadalia dari The Ritz-Carlton dalam Trimegah Political and Economic Outlook 2024 Said. Pacific Place di Jakarta, dikutip Kamis (1/2/2024).

Dia yakin arus bawah ini akan penting bagi kelanjutan pemerintahan berikutnya, tidak peduli siapa yang terpilih nanti. Jika tidak, berbagai proses yang Anda lakukan selama ini akan sia-sia dan Anda harus memulainya dari awal.

“Jadi pimpinan selanjutnya, siapa pun yang jadi Menteri Investasi, saya sarankan, kalau mau, harus terus seperti ini. Ini tidak boleh dan tidak boleh dibiarkan,” tegasnya.

“Karena kalau tidak dilanjutkan, kita akan kembali lagi. Kalau kita kembali lagi dan memulai dari awal lagi, maka kita tidak akan bisa memanfaatkan puncak bonus demografi secara maksimal. Itu substansinya,” lanjutnya.

Kali ini, Bahlil menjelaskan, tujuan hilirisasi nilai tambah akan terus meningkat ke depannya. Ia juga menetapkan target yang harus dicapai pada tahun 2040.

“Saya sudah sampaikan sebelumnya, jika industri hilir kita setidaknya mencapai US$545,3 miliar pada tahun 2040,” ujarnya.

Ia mengatakan, kontribusi investasi di sektor hilir saat ini hanya mencapai 26% dari total realisasi investasi. Ia berharap dapat meningkatkan kontribusinya pada operasi hilir hingga 45% di masa depan.

“Sekarang kita sudah mencapai 26%, target investasi kita Rp 1,418 triliun, 26% di antaranya adalah hilir. Saya berharap target ke depan harus mencapai 45%, agar hasil investasi kita bisa terealisasi,” pungkas Bahlil.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *