Reporter kabarkutim.com Reena Ayog melaporkan
kabarkutim.COM, JAKARTA – Dokter Spesialis Anak dr Nanki Andrea Samudra, Sp.A menjelaskan, bintik merah atau ruam tidak selalu merupakan tanda orang menderita Demam Berdarah Dengue (DBD).
Namun bila muncul bintik merah, itu tandanya trombosit orang tersebut berada pada tahap yang sangat rendah dan harus segera diobati.
Bintik merah biasanya terlihat setelah demam tinggi secara tiba-tiba.
Bintik merah tidak selalu ada, tergantung kadar trombosit darah. “Itu menunjukkan terlalu sedikit, sehingga ada pendarahan di permukaan kulit,” ujarnya dalam talkshow Bye Bye DBD, Minggu (28/7). demam /2024) di Grand Atrium Kota Kasablanka.
Ia menjelaskan, biasanya tidak ada perbedaan gejala demam berdarah antara anak-anak dan orang dewasa.
Gejala khasnya adalah demam tinggi mendadak yang berlangsung selama 2-7 hari.
Sakit badan, sakit punggung, gangguan pencernaan, nyeri otot dan sendi. Ada juga gejala seperti mimisan dan gusi berdarah.
Katanya: Gejala bahaya lainnya seperti gejala tidak buang air kecil 4 sampai 6 jam setelah syok, kehilangan kesadaran dan lemas.
Dr Nanki mengatakan, saat ini belum ada pengobatan khusus untuk demam berdarah.
Dokter mengobati pasien demam berdarah dengan pengobatan simtomatik seperti cairan infus atau analgesik (pereda nyeri).
Oleh karena itu, pencegahan menyeluruh diperlukan untuk menghindari demam berdarah parah dan risiko kematian.
Vaksin inovatif pencegahan demam berdarah yang saat ini tersedia di Indonesia ditargetkan pada kelompok usia 6-45 tahun, dapat diberikan tanpa memandang pernah terpapar demam berdarah sebelumnya, dan tersedia secara gratis untuk masyarakat.
Vaksinasi demam berdarah merupakan langkah penting dalam meningkatkan perlindungan anak-anak dan orang dewasa. Namun untuk memperoleh perlindungan yang optimal, vaksinasi harus diberikan secara ketat sesuai dengan dosis yang dianjurkan. “Dengan memberikan perlindungan dari dalam kepada seluruh anggota keluarga, kita dapat menciptakan lingkungan yang melindungi dari risiko demam berdarah parah dan rawat inap,” kata dokter. Nakki (*)