kabarkutim.com.com, Jakarta Perawatan inovatif unik yang memanfaatkan tulang lunak hidung sebagai bahan untuk memperbaiki sendi yang terkena osteoartritis menjadi fokus para peneliti. Para ilmuwan di Julius-Maximilians-University (JMU) di Wurzburg, Jerman, telah menemukan bahwa sepotong kecil tulang rawan dari hidung dapat digunakan untuk meregenerasi tulang rawan lutut yang rusak.
Profesor Oliver Pulig, Ketua Departemen Teknik Jaringan dan Pengobatan Regeneratif di Rumah Sakit Universitas Wurzburg, mengatakan perlunya menumbuhkan sepotong kecil tulang rawan dari hidung untuk dapat meregenerasi arthritis atau osteoartritis pada lutut.
“Kami mengambil sepotong kecil tulang rawan dari septum hidung pasien kami, menumbuhkannya menjadi matriks kolagen yang mendukung secara struktural, dan menanamkannya ke dalam lutut yang rusak selama empat minggu untuk meregenerasi tulang rawan tersebut,” katanya.
Tulang rawan hidung memiliki sifat mekanik yang mirip dengan tulang rawan lutut, menjadikannya kandidat yang menjanjikan untuk regenerasi. Melalui teknik yang dikembangkan para ilmuwan, sel tulang rawan hidung ditanam di laboratorium dan kemudian ditransplantasikan ke area sendi lutut yang rusak.
Tujuan dari prosedur ini adalah untuk meregenerasi tulang rawan yang aus akibat osteoartritis, memulihkan mobilitas dan mengurangi rasa sakit pada pasien. Berikut kabarkutim.com.com rangkum perkembangan metode pengujian pengobatan radang sendi menggunakan tulang lunak hidung, seperti dilansir New Atlas, Rabu (28/2/2024).
Uji klinis yang disebut ENCANTO (Nasal Engineered Cartilage for the Treatment of Osteoarthritis) akan segera dimulai, dengan rencana untuk mendaftarkan peserta pada awal tahun 2025.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan lebih banyak bukti efektivitas metode regenerasi tulang rawan dengan menggunakan tulang lunak hidung, terutama pada kasus kompleks seperti patellofemoral osteoarthritis (PFOA).
Jika hasil uji klinis positif, metode ini dapat merevolusi pengobatan degenerasi tulang rawan, menggantikan prosedur yang lebih invasif dan menawarkan pendekatan yang lebih alami dan efektif untuk mengobati kondisi yang melemahkan seperti osteoartritis.
Dengan demikian, terobosan ini tidak hanya menjanjikan harapan bagi para penderita saat ini tetapi juga membuka jalan bagi perkembangan baru di bidang pengobatan regeneratif.
Osteoartritis, atau sering dikenal dengan OA, merupakan salah satu bentuk radang sendi yang umum terjadi, terutama pada orang lanjut usia. Kondisi ini dapat memengaruhi banyak persendian di tubuh, namun paling sering terjadi pada lutut, tangan, pinggul, atau tulang belakang. Gejala yang umum dialami penderita osteoartritis antara lain nyeri, kaku, dan bengkak.
Osteoartritis lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria, dan tingkat keparahannya juga lebih besar pada wanita. Gejala osteoartritis mungkin berupa nyeri, mati rasa, atau nyeri pada sendi yang terkena, yang biasanya memburuk setelah beraktivitas atau pada malam hari. Namun, olahraga ringan dapat membantu mengurangi rasa sakit yang disebabkan oleh osteoartritis, meskipun orang tersebut tidak ingin bergerak.
Pilihan pengobatan untuk osteoartritis termasuk penggunaan obat penghilang rasa sakit untuk mengurangi ketidaknyamanan, serta terapi fisik untuk meningkatkan kekuatan dan fleksibilitas sendi. Dalam kasus yang lebih parah, pembedahan sendi mungkin diperlukan untuk mengatasi gejala yang tidak terkontrol.