kabarkutim.COM – Kunci Jawaban Panchashila Shiksha Kelas 8 Halaman 109 adalah sebagai berikut.
Pada halaman 109 pertanyaan ini ada pada bab 4 yang berjudul “Melestarikan Kebudayaan Bangsaku”.
Namun sebelum melihat kunci jawaban Pancasila, siswa diharapkan mampu mengerjakan soal secara mandiri.
Buku Pendidikan Pancasila Kelas 8 SMP/MT ini ditulis oleh Thudi Sethiavan, Tia Sethiawati, Muhammad Sapei dan Prabho.
1. Melestarikan budaya yang ada di keluarga saya
Pasti kamu tahu dari mana ayah dan ibumu berasal. Misalnya ayahmu berasal dari Makassar, sedangkan ibumu berasal dari Yogyakarta. Namun tahukah Anda juga tentang kearifan lokal dan budaya Makassar dan Yogyakarta, tempat asal ayah dan ibu Anda?
Ayo wawancara
Jika masih belum tahu, Anda bisa langsung bertanya kepada ayah dan ibu tentang kearifan lokal dan latar belakang budaya.
Untuk memahami lebih dalam, Anda juga bisa bertanya tentang makna dibalik kearifan dan budaya lokal. Maka cobalah tuliskan hasilnya pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.2 Kearifan lokal dan budaya daerah beserta maknanya Responden Makna kearifan dan budaya lokal Ibu Tabe, Ayah Sekaten
Menjawab:
Ayah
Tabe merupakan makanan khas suku Bugis, Makassar yang sudah disantap secara turun temurun.
Tabe merupakan salah satu kearifan lokal masyarakat Sulawesi Selatan untuk menghormati atau mengagumi orang lain.
Budaya ini sering digunakan ketika ingin membenarkan diri sendiri kepada orang lain.
Tabe melambangkan upaya kita untuk menghargai dan menghormati orang lain sebelum kita.
Kata tersebut berasal dari bahasa Sansekerta: kşantavya atau ksantavya yang berarti “memaafkan”.
Seringkali masyarakat disana menggunakan kata Tabiq sebagai inisialnya.
Budaya tab ini dilakukan dengan cara membungkukkan badan dan menurunkan tangan kanan ke lantai.
Budaya ini akan memberikan citra baik bagi pendatang, namun tetap mengedepankan persahabatan.
Apalagi bisa mencegah banyak perpecahan dan mempererat semangat persaudaraan.
Ibu
Sekaten merupakan upacara adat untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Ini diterapkan setahun sekali pada waktu yang sama, yaitu. setiap tanggal 5 hingga 11 Rabiul Awal atau bulan Mulud sebagaimana sering disebut dalam penanggalan Jawa.
Setelah dilaksanakan upacara Sekaten, maka upacara Gharebeg Mulud pada tanggal 12 Rabiul Awal akan ditutup.
Sekaten Gamelan merupakan salah satu media yang digunakan untuk menyebarkan agama Islam melalui kegiatan seni.
Pasalnya, saat itu masyarakat sangat menyukai kesenian dan gamelan Jawa.
Alhasil, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW tidak lagi menggunakan seni rebana, melainkan seni gamelan.
Upacara Sekaten dapat dimaknai sebagai bentuk pengayaan antara agama dan budaya.
(kabarkutim.com/Deni)