JAKARTA – Lebih dari 29 ribu warga Palestina tewas di Gaza dan hampir 70 ribu lainnya luka-luka. Tingginya angka kematian dan cedera ini disebut-sebut tidak lepas dari peran sistem AI Israel bernama Habsora.
Perangkat lunak penargetan AI ini diduga bertanggung jawab atas banyak kematian warga sipil di Gaza ketika Israel membalas operasi Badai Al Aqsa yang dilakukan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Menurut Guardian dan sumber lain, termasuk postingan blog IDF, Israel menggunakan Habsora untuk memberikan informasi instan tentang apa yang diyakini sebagai militan Hamas di Gaza. Habsora berada di puncak sistem pengumpulan intelijen lainnya dan memberikan target bagi agen manusia, yang kemudian harus membuat keputusan akhir apakah akan menyerang atau tidak.
Surat kabar Irish Times, Selasa (27 Februari 2024), dalam wawancara dengan Ynet pada Juni 2023, mantan kepala staf IDF Aviv Kochavi berbicara tentang penggunaan AI dalam perang Israel tahun 2021. Dia mengatakan bahwa “sebelumnya, kami akan memproduksi 50 target di Gaza dalam setahun. Saat ini, mesin ini menghasilkan 100 target per hari dan 50% diserang.
Meskipun Israel secara teoritis dapat merilis data berbasis Habsora, cara perangkat tersebut memilih target masih belum jelas bahkan bagi orang Israel, yang disebut sebagai masalah kotak hitam.
Berbeda dengan teknologi sebelumnya, cara AI mengambil keputusan masih belum diketahui secara pasti. AI hanya bisa dilatih agar bias manusia bisa diperkenalkan.
Karena masalah kotak hitam, mengidentifikasi target potensial Hamas di Gaza adalah tindakan yang tidak etis dan mengerikan. Sebuah situs berita online yang dijalankan oleh jurnalis Palestina dan Israel, +972, dan situs web Ibrani Local Call mengklaim bahwa AI telah menciptakan “pabrik pembunuhan massal” dan bahwa kematian warga sipil sudah diperkirakan dan diterima di seluruh dunia.
Israel selalu menjadi yang terdepan dalam teknologi militer, dalam produksi rudal, drone, jet tempur, tank, dan peralatan lainnya. Negara ini merupakan eksportir senjata konvensional terbesar kesepuluh pada tahun 2018-2022 dan memiliki pengeluaran militer tertinggi ketujuh di dunia. Hingga saat ini, perang terbuka antara Israel dan Hamas terus berlanjut dan korban jiwa terus berjatuhan, terlepas dari apakah mereka warga sipil atau pemberontak.