kabarkutim.COM, JAKARTA – Pengobatan kanker saat ini lebih baik dibandingkan sebelumnya. Namun, situasinya ternyata sangat serius.
Banyak orang terkena kanker, bahkan pada usia muda. Jumlah kasus kanker baru di Indonesia menurut Global Burden of Cancer Study (Globocan) tahun 2020 adalah 393 dan kematian 992 orang.
Ketua Yayasan Kanker Indonesia (YKI), Prof. dr. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, SpPD-KHOM, FINASIM, FACP mengatakan hal ini disebabkan banyak faktor, salah satunya adalah industri tembakau yang masih terbesar di Tanah Air.
“Gawat. Kemampuan kita dalam mengobati lebih baik, tapi karena satu hal, lebih banyak orang yang terkena dampaknya. Kita belum mampu mengalahkan industri tembakau,” ujarnya di acara Yayasan Kanker Indonesia (YKI) ke-47 : Bersama, kami menutup kesenjangan dalam perjuangan melawan kanker di Jakarta, Rabu (24 April 2024).
Selain industri tembakau yang besar, gaya hidup mengonsumsi makanan cepat saji atau fast food dan fast food masih marak. Seiring dengan pengangguran. Misalnya untuk jarak dekat saat ini banyak orang yang suka mengendarai sepeda motor.
Jadi kita tahu bahwa pola makan saja bertanggung jawab hingga 35 persen risikonya, merokok 30 persen dan kurang olahraga juga menjadi faktor risikonya, kata Profesor Aru.
Gaya hidup seperti ini membuat kanker lebih umum terjadi dibandingkan sebelumnya. Prof. Aru juga berharap pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan (Kemenekes) memperhatikan upaya deteksi dini tersebut.
Di sisi lain, pihaknya akan terus mengedukasi masyarakat dengan bekerja sama dengan pemerintah agar penyakit kanker bisa terdiagnosis sedini mungkin.
“Yah, hidup preventif adalah hal yang baik. Tapi begitu kita melihat sesuatu yang serius, kita harus memperbaikinya. Tidak semua wanita ingin melakukan mammogram, meskipun mereka memiliki peralatannya. Saya juga ingin melakukan Pap smear. ” tutupnya.