kabarkutim.CO.ID, JAKARTA – Bekas hitam di leher bisa dianggap kotoran atau kotor saat berkendara. Namun, flek hitam di leher rupanya bisa menjadi tanda resistensi insulin, terutama pada anak-anak.
Dokter spesialis anak dr Mesty Ariotedjo memposting peringatan tentang bintik hitam di leher belakang anak. Ia menyarankan agar orang tua memeriksakan kondisi anaknya jika mengalami gejala tersebut.
“Lihat sekarang leher (atau lehermu) si Kecil hitam sekali? Enggak, ini bukan berkuda atau mandinya nggak bersih,” ujarnya, mengutip dari postingan X @mestyariotedjo, Kamis (1) /2/ 2024).
Ditegaskan dr Mesty, flek hitam seperti gambar yang diunggahnya merupakan tanda mulai berkembangnya resistensi insulin. Menurutnya, jika tidak ditangani dapat berkembang menjadi penyakit diabetes melitus, baik pada anak Anda maupun pada diri Anda sendiri, serta dislipidemia atau kadar kolesterol tinggi.
Ia menyatakan, 25 persen anak menderita masalah ini dan 60 persen anak menderita gizi buruk atau obesitas. Oleh karena itu, penting untuk mengecek berat badan si kecil sesuai kurva, salah satunya dengan memantau aplikasi Tentang Anak.
“Kondisi ini disebut dengan achantosis nigricans, jika AyBun menemukannya pada AyBun yang masih muda, segera hubungi dokter anak, jika sudah lebih tua, pergilah ke dokter setempat, AyBun bisa mencari dokter anak gratis di http://onelink.to./ tangananak dan dapatkan respon instan hari itu juga! Bagikan informasi penting ini,” lanjutnya.
Komedo ini bisa dilihat pada anak-anak. Padahal, kata dr Mesty, hal itu sudah terlihat pada masa kanak-kanak sehingga deteksi dini penting dilakukan.
Resistensi insulin atau gangguan kerja insulin dapat menggelapkan area kulit tertentu pada anak, seperti lengan dan leher. Berbeda dengan diabetes tipe 1 (DM), DM tipe 2 pada anak biasanya terdiagnosis pada masa pubertas atau usia tua. Pada DM tipe 2 sering disertai kulit berwarna gelap.
Diabetes melitus atau kencing manis merupakan penyakit metabolik yang berkembang akibat peningkatan gula darah di atas nilai normal. Hal ini disebabkan oleh peningkatan hormon insulin yang diproduksi pankreas.
Pada Januari 2023, IDI (Ikatan Dokter Indonesia) merilis data penelitian hingga 31 Januari 2023 bahwa jumlah kasus diabetes pada anak meningkat 70 kali lipat pada Januari 2023. Anak sebesar 0,004 per 100 ribu penduduk pada tahun 2000.
Diabetes pada anak akan mencapai dua dari 100 ribu orang pada Januari 2023. Pada anak, jenis diabetes yang paling banyak terjadi adalah tipe 1. Saat ini diabetes tipe 2 terdapat pada 5-10 persen dari seluruh anak yang mengidap diabetes.
IDAI mencatat terdapat 1.645 anak penderita diabetes yang tersebar di 13 kota di Indonesia, yakni Jakarta, Bandung, Surabaya, Malang, Semarang, Yogyakarta, Solo, Denpasar, Palembang, Padang, Medan, Makassar, dan Manado. Sekitar 60 persen pasiennya adalah perempuan.