Laporan reporter kabarkutim.com.com, Aisyah Nursyamsi
kabarkutim.com.COM, JAKARTA- Air susu ibu (ASI) diberikan secara eksklusif hingga anak berusia dua tahun.
Setelah itu, anak usia 2 tahun sudah bisa disusui dan diberikan makanan pendamping ASI (MPASI).
Lantas, apakah bayi perlu mendapat susu suhu tinggi (UHT)?
Terkait dengan ahli gizi masyarakat Dr. Tan Sakyen menjawab.
Menurutnya, Badan Kesehatan Dunia atau WHO tidak menyarankan susu UHT diberikan kepada anak di atas 1 tahun.
“Susu UHT sebenarnya bukan jenis yang direkomendasikan WHO untuk anak di atas 1 tahun,” ujarnya dalam diskusi kesehatan virtual yang diselenggarakan Kementerian Kesehatan, Jumat (2/9/2024).
Idealnya, anak diberikan ASI eksklusif selama dua tahun.
Menurut dr Tan, setelah dua tahun mengonsumsi ASI, tidak perlu lagi mengonsumsi susu lain yang kualitasnya lebih rendah dari ASI.
“Harus diingat bahwa semua susu hewani kalah dengan ASI,” tegasnya.
Susu selain ASI dapat diberikan kecuali ditentukan.
Misalnya, ibu menggunakan obat-obatan intensif seperti obat jantung dan epilepsi.
“Metabolisme sekundernya ada pada ASI, jadi sebaiknya ibu tidak membawa ASI saat ibu dalam perawatan intensif,” imbuhnya.
Begitu juga bisa memberikan susu lain dari sumber hewani. Namun penggantinya bukan susu UHT, melainkan susu pasteurisasi.
Prinsipnya bukan UHT, tapi pasteurisasi. Kenapa? Pertama supaya enzim tidak mati, probiotik tidak mati, vitamin A tidak rusak, imbuhnya.
“Karena yang namanya UHT itu suhunya sangat tinggi. Jadi risiko kontaminasi bakteri terbunuh,” kata dr Tan lagi.
Menurut Tan, suhu tinggi selama pasteurisasi menghilangkan beberapa kandungan baik dalam susu seperti probiotik, enzim, dan vitamin.
“Kalau konsumsi susu UHT, kebaikan susunya sendiri sudah tidak ada lagi, kecuali proteinnya. Apalagi kalau pakai rasa coklat, karamel, strawberry pasti hilang,” tutupnya.